Sehat adalah Suatu Kondisi Sejahtera Jasmani Rohani serta Sosial Ekonomi "Silahkan Pesan & Join bersama Ali Tutupoho (+6282147466675) sekarang

Jumat, 06 Februari 2015

Teori Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS). Jadi analisis regresi yang tidak berdasarkan OLS tidak memerlukan persyaratan asumsi klasik, misalnya regresi logistik atau regresi ordinal. Demikian juga tidak semua uji asumsi klasik harus dilakukan pada analisis regresi linear, misalnya uji multikolinearitas tidak dapat dipergunakan pada analisis regresi linear sederhana dan uji autokorelasi tidak perlu diterapkan pada data cross sectional.
Uji asumsi klasik juga tidak perlu dilakukan untuk analisis regresi linear yang bertujuan untuk menghitung nilai pada variabel tertentu. Misalnya nilai return saham yang dihitung dengan market model, atau market adjusted model. Perhitungan nilai return yang diharapkan dilakukan dengan persamaan regresi, tetapi tidak perlu diuji asumsi klasik.
Setidaknya ada lima uji asumsi klasik, yaitu uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji normalitas, uji autokorelasi dan uji linearitas. Tidak ada ketentuan yang pasti tentang urutan uji mana dulu yang harus dipenuhi. Analisis dapat dilakukan tergantung pada data yang ada. Sebagai contoh, dilakukan analisis terhadap semua uji asumsi klasik, lalu dilihat mana yang tidak memenuhi persyaratan. Kemudian dilakukan perbaikan pada uji tersebut, dan setelah memenuhi persyaratan, dilakukan pengujian pada uji yang lain.1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing variabel tetapi pada nilai residualnya. Sering terjadi kesalahan yang jamak yaitu bahwa uji normalitas dilakukan pada masing-masing variabel. Hal ini tidak dilarang tetapi model regresi memerlukan normalitas pada nilai residualnya bukan pada masing-masing variabel penelitian.
Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengecek apakah data penelitian kita berasal dari populasi yang sebarannya normal. Uji ini perlu dilakukan karena semua perhitungan statistik parametrik memiliki asumsi normalitas sebaran. Rumus yang digunakan untuk melakukan suatu uji (t-test misalnya) dibuat dengan mengasumsikan bahwa data yang akan dianalisis berasal dari populasi yang sebarannya normal. Data yang normal memiliki kekhasan seperti mean, median dan modusnya memiliki nilai yang sama. Selain itu juga data normal memiliki bentuk kurva yang sama, bell curve.
Variabel pengganggu e dari suatu regresi disyaratkan berdistribusi normal. Hal ini untuk memenuhi asumsi zero mean. Jika variabel e berdistribusi normal, maka variabel yang diteliti Y juga berdistribusi normal. Untuk menguji normalitas e, dapat digunakan formula Jarqu Berra (JB test).(http://www.damandiri.or.id/file/samsudiunmuhsolobab4.pdf)
Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji histogram, uji normal P Plot dan Kurtosis atau uji Kolmogorov Smirnov. Tidak ada metode yang paling baik atau paling tepat. Tipsnya adalah bahwa pengujian dengan metode grafik sering menimbulkan perbedaan persepsi di antara beberapa pengamat, sehingga penggunaan uji normalitas dengan uji statistik bebas dari keragu-raguan, meskipun tidak ada jaminan bahwa pengujian dengan uji statistik lebih baik dari pada pengujian dengan metode grafik.
2. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah kondisi terdapatnya hubungan linier atau korelasi yang tinggi antara masing-masing variabel independen dalam model regresi. Multikolinearitas biasanya terjadi ketika sebagian besar variabel yang digunakan saling terkait dalam suatu model regresi. Oleh karena itu masalah multikolinearitas tidak terjadi pada regresi linier sederhana yang hanya melibatkan satu variable independen. Indikasi terdapat masalah multikolinearitas dapat kita lihat dari kasus-kasus sebagai berikut: Nilai R2 yang tinggi (signifikan), namun nilai standar error dan tingkat signifikansi masing-masing variabel sangat rendah. Perubahan kecil sekalipun pada data akan menyebabkan perubahan signifikan pada variabel yang diamati
Memang belum ada kriteria yang jelas dalam mendeteksi masalah multikolinearitas dalam model regresi linier. Selain itu hubungan korelasi yang tinggi belum tentu berimplikasi terhadap masalah multikolinearitas. Tetapi kita dapat melihat indikasi multikolinearitas dengan tolerance value dan yang paling umum digunakan adalah varians inflation faktor (VIF).
Hingga saat ini tidak ada kriteria formal untuk menentukan batas terendah dari nilai toleransi atau VIF. Berikut ini merupakan syarat data penelitian dikatakan terjadi multikolonieritas atau tidak (Ghozali, 2011):
1.      Tolerance value < 0,10 dan VIF > 10  maka terjadi  multikolinearitas atau terdapat korelasi antar variabel independen.
2.      Tolerance value > 0,10 dan VIF < 10 maka tidak terjadi  multikolinearitas atau tidak terdapat korelasi antar variabel
multikolinearitas adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasi (keterkaitan) yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu. Sebagai ilustrasi, adalah model regresi dengan variabel bebasnya motivasi, kepemimpinan dan kepuasan kerja dengan variabel terikatnya adalah kinerja. Logika sederhananya adalah bahwa model tersebut untuk mencari pengaruh antara motivasi, kepemimpinan dan kepuasan kerja terhadap kinerja. Jadi tidak boleh ada korelasi yang tinggi antara motivasi dengan kepemimpinan, motivasi dengan kepuasan kerja atau antara kepemimpinan dengan kepuasan kerja.
Beberapa alternatif cara untuk mengatasi masalah multikolinearitas adalah sebagai berikut:
1.      Mengganti atau mengeluarkan variabel yang mempunyai korelasi yang tinggi.
2.      Menambah jumlah observasi.
3.      Mentransformasikan data ke dalam bentuk lain, misalnya logaritma natural, akar kuadrat atau bentuk first difference delta.
4.      Dalam tingkat lanjut dapat digunakan metode regresi bayesian yang masih jarang sekali digunakan.
Pengujian multikolinearitas juga sering disebut uji independensi. Pengujian ini akan melihat apakah antara sesama prediktor memiliki hubungan yang besar atau tidak. Jika hubungan antara sesama prediktor kuat maka antara prediktor tersebut tidak independen.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Multikolinearitas
a.          Metode pengumpulan data yang digunakan
b.         Batasan yang ada pada model atau populasi yang diambil sampelnya
c.          Spesifikasi model
d.         Model yang “overdetermined
Deteksi Multikolinearitas
Ø   tinggi tetapi sedikit rasio t signifikan
Ø  Korelasi berpasangan yang tinggi diantara variabel-variabel penjelas
Ø  Pengujian korelasi parsial
Ø  Regresi subside atau tambahan
Apakah Multikolinearitas Bisa Dianggap Hal yang Buruk?
Jawaban tersebut adalah tergantung kepada tujuan pembelajaran. Jika tujuan pembelajaran adalah menggunakan model untuk memprediksi atau meramalkan nilai rata-rata masa depan variabel tidak bebas, kolinearitas menurut teori mungkin tidak jelek.
Disisi lain, jika tujuan pembelajaran tidak hanya prediksi tetapi juga estimasi yang bias dihandalkan atau parameter-parameter individual model yang dipilih, maka kolinearitas yang serius mungkin buruk karena akan membawa kesalahan standar estimasi yang besar.
Apa yang Perlu Dilakukan dengan Multikolinearitas: Langkah Perbaikan
a.       Tidak melakukan apapun
b.      Prosedur peraturan baku:
Ø  Mengeluarkan variabel dari model
Ø  Memperoleh data tambahan atau Sampel baru
Ø  Mengkaji ulang modelnya
Ø  Informasi sebelumnya tentang Parameter
Ø  Transformasi variabel
Ø  Langkah perbaikan yang lainnya
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas.
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Glejser, yang dilakukan dengan meregresikan nilai absolut residual yang diperoleh dari model regresi sebagai variabel dependen terhadap semua variabel independen dalam model regresi. Apabila nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas dalam model regresi ini tidak signifikan secara statistik, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas.
Deteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode scatter plot dengan memplotkan nilai ZPRED (nilai prediksi) dengan SRESID (nilai residualnya). Model yang baik didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu pada grafik, seperti mengumpul di tengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya melebar kemudian menyempit. Uji statistik yang dapat digunakan adalah uji Glejser, uji Park atau uji White.
Beberapa alternatif solusi jika model menyalahi asumsi heteroskedastisitas adalah dengan mentransformasikan ke dalam bentuk logaritma, yang hanya dapat dilakukan jika semua data bernilai positif. Atau dapat juga dilakukan dengan membagi semua variabel dengan variabel yang mengalami gangguan heteroskedastisitas.
Sifat Heteroskedastisitas
Bahwa heteroskedastisitas biasanya ditemukan dalam data lintas sektoral dan bukan dalam data deret berkala. Dalam data lintas sektoral umumnya dihadapkan dengan anggota suatu populasi pada waktu tertentu.
Pendeteksian Heteroskedastisitas
Meskipun secara teoritis pencatatan konsekuensi heteroskedastisitas mudah dilakukan, sering kali deteksinya dalam situasi konkret bukan hal yang mudah. Ini bisa dimengerti karena   bisa dikenali hanya jika kita memiliki seluruh populasi Y.
a.       Metode Informal
Ø  Sifat Alamiah problem
Sifat masalah sering kali terkait dengan ada tidaknya heteroskedastisitas. Dalam lintas data sektoral yang melibatkan unit-unit heterogen, heteroskedastisitas mungkin cenderung dijadikan aturan ketimbang pengecualian.
Ø  Metode Grafis
Dalam analisis regresi terapan, pengujian residu yang didapatkan dari persamaan regresi yang digunakan selalau merupakan praktik yang baik. Residu-residu ini bias dipetakan terhadap observasinya sendiri atau terhadap satu variabel penjelas atau lebih atau terhadap nilai mean taksiran  Plot residu seperti ini sering member petunjuk tentang apakah satu asumsi atau lebih dari CLRM berlaku atau tidak.
b.      Metode Formal
Ø  Uji Park
ln
Langkah-langkah:
1.      Kerjakan regresi asal terlepas dari adanya masalah heteroskedastiisitas
2.      Dari regresi ini, dapatkan residu  kuadratkan, dan hitung nilai log-nya
3.      Kerjakan regresi dengan menggunakan variabel penjelas dalam model asal
4.      Tes hipotesis nol bahwa  yakni tidak ada heteroskedastisitas
5.      Jika hipotesis 0 tidak ditolak maka dalam regresi dapat memberikan nilai varians umum atau homoskedastis .
Ø  Uji Glejser
Mirip dengan Uji Park. Setelah mendapatkan residu  dari model asal, Glejser mempertimbangkan regresi nilai absolut    terhadap variabel X yang dianggap berhubungan dekat dengan varians heteroskedastisitas .
Ø  Uji Heteroskedastisitas Umum White
 =
1.      Mula-mula estimasi regresi
2.      Lalu kerjakan regresi pelengkap
 =  
3.      Tentukan nilai  dari regresi pelengkap
                              n.
4.      Jika nilai kai-kuadrat yang diperoleh dari persamaan n.  melebihi jilai kai-kuadrat kritis pada tingkat signifikasi yang dipilih, atau jika nilai p nilai kai-kuadrat yang dihitung cukup rendah berarti bias menolak hipotesis 0 tentang tidak adanya heteriskadtisitas.
Ø  Uji Heteroskedastisitas Lainnya
1.      Uji korelasi peringkat Spearman
2.      Uji Goldfeld-Quandt
3.      Uji homogenitas varians Bartlett
4.      Uji Peak
5.      Uji Breusch-Pagan
6.      Uji CUSUMSQ
Apa yang harus Dilakukan Bila Ditemukan Adanya Heteroskedastisitas: Langkah Perbaikan
Ø   Ketika  diketahui: Metode Kuadrat Terkecil Tertimbang (Weight Least Squares/ WLS)
Ø   Ketika  yang sebenarnya tidak diketahui
Ø   Respesifikasi model
4.   Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah ada hubungan linear antara error serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (data time series). Uji autokorelasi perlu dilakukan apabila data yang dianalisis merupakan data time series (Gujarati, 1993 Nilai Durbin Watson kemudian dibandingkan dengan nilai d-tabel. Hasil perbandingan akan menghasilkan kesimpulan seperti kriteria sebagai berikut: Jika d < dl, berarti terdapat autokorelasi positif. Jika d > (4 – dl), berarti terdapat autokorelasi negative. Jika du < d < (4 – dl), berarti tidak terdapat autokorelasi. Jika dl < d < du atau (4 – du), berarti tidak dapat disimpulkan.
Uji autokorelasi adalah untuk melihat apakah terjadi korelasi antara suatu periode t dengan periode sebelumnya (t -1). Secara sederhana adalah bahwa analisis regresi adalah untuk melihat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat, jadi tidak boleh ada korelasi antara observasi dengan data observasi sebelumnya. Sebagai contoh adalah pengaruh antara tingkat inflasi bulanan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dollar. Data tingkat inflasi pada bulan tertentu, katakanlah bulan Februari, akan dipengaruhi oleh tingkat inflasi bulan Januari. Berarti terdapat gangguan autokorelasi pada model tersebut. Contoh lain, pengeluaran rutin dalam suatu rumah tangga. Ketika pada bulan Januari suatu keluarga mengeluarkan belanja bulanan yang relatif tinggi, maka tanpa ada pengaruh dari apapun, pengeluaran pada bulan Februari akan rendah.
Uji autokorelasi hanya dilakukan pada data time series (runtut waktu) dan tidak perlu dilakukan pada data cross section seperti pada kuesioner di mana pengukuran semua variabel dilakukan secara serempak pada saat yang bersamaan. Model regresi pada penelitian di Bursa Efek Indonesia di mana periodenya lebih dari satu tahun biasanya memerlukan uji autokorelasi.
Beberapa uji statistik yang sering dipergunakan adalah uji Durbin-Watson, uji dengan Run Test dan jika data observasi di atas 100 data sebaiknya menggunakan uji Lagrange Multiplier. Beberapa cara untuk menanggulangi masalah autokorelasi adalah dengan mentransformasikan data atau bisa juga dengan mengubah model regresi ke dalam bentuk persamaan beda umum (generalized difference equation). Selain itu juga dapat dilakukan dengan memasukkan variabel lag dari variabel terikatnya menjadi salah satu variabel bebas, sehingga data observasi menjadi berkurang 1.
Sifat Otokorelasi
Otokorelasi biasanya berhubungan erat dengan deret berkala (data yang diurutkan dalam urutan kronologis) meskipun seperti ditunjukkan definisi sebelumnya, otokorelasi bias pula terjadi dalam data lintas sektoral. Dalam hal ini, otokorelasi ini disebut korelasi ruang (spatial correlation yaitu korelasi dalam ruang dan bukan dalam waktu).
Penyebab Otokorelasi
Ø  Inersia (kelembaman)
Ø  Kesalahan (-Kesalahan) Spesifikasi Model
Ø  Fenomena Sarang Laba-laba
Ø  Manipulasi Data
Konsekuensi Otokorelasi
Ø  Estimator kuadrat terkecil masih linear dan tidak bias
Ø  Tapi estimator tersebut tidak efisien, artinya tidak memiliki varians minimum bila dibandingkandengan prosedur yang mempertimbangkan otokorelasi
Ø  Varians taksiran dari estimator OLS bersifat bias
Ø  Oleh sebab itu, tes t dan F yang biasa umumnya tidak handal
Ø  Rumusan umum untuk menghitung varian kesalahan yakni  = RSS/df (jumlah residu/derajat kebebasan) merupakan estimator bias dari  yang sebenarnya dan dalam sejumlah kasus cenderung mengestimasi F terlalu rendah
Ø  Konsekuansinya  yang dihitung secara konvensional mungkin adalah ukuran  sesungguhnya tidak bias dihandalkan
Ø  Varians dan kesalahan standar peramalan yang dhitung secara konvensional mungkin juga tidak efisien
Pendeteksian Otokorelasi
a.       Metode Informal
Ø  Metode Grafis
Pengujian visual sederhana residu OLS , e, bias memberikn wawasan berharga bagi kita tentang kemungkinan keberadaan otokorelasi diantara faktor-faktor kesalahan u.
b.      Metode Formal
Ø  Uji d Durbin Watson
Statistik d Durbin-Watson  :
Asumsi-asumsi yang mendasari statistik d:
1.      Model regresi meliputi faktor titik potong
2.      Variabel-variabel X  bersifat nonstokhastik artinya nilai tetap dalam pengembaliam sampel berulang
3.      Gangguan  dihasilkan dengan mekanisme
= ρ  +                         -1 ≤ ρ ≤ 1
4.      Regresi tidak mengandung nilai (-nilai) masa lalu variabel tidak bebas sebagai salah satu variabel penjelas
Langkah Perbaikan
Menggunakan transformasi Prais-Winsten
Bagaimana Mengestimasi ρ
Ø  ρ = 1 Metode Selisih Pertama
Ø  ρ yang Diestimasi dari d Statistik Durbin_Watson
Ø  ρ yang Diestimasi dari Residu OLS,
Ø  Metode estimasi lainnya
a.       Prosedur berulang Cochrane-Orcutt
b.      Metode 2 Langkah Cochrane-Orcutt
c.       Metode 2 Langkah Durbin
d.      Prosedur Pencarian Hildreth-Lu
e.       Metode Kemiripan Maksimum
5.      Uji Linearitas
Uji linearitas dipergunakan untuk melihat apakah model yang dibangun mempunyai hubungan linear atau tidak. Uji ini jarang digunakan pada berbagai penelitian, karena biasanya model dibentuk berdasarkan telaah teoretis bahwa hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya adalah linear. Hubungan antar variabel yang secara teori bukan merupakan hubungan linear sebenarnya sudah tidak dapat dianalisis dengan regresi linear, misalnya masalah elastisitas.
Jika ada hubungan antara dua variabel yang belum diketahui apakah linear atau tidak, uji linearitas tidak dapat digunakan untuk memberikan adjustment bahwa hubungan tersebut bersifat linear atau tidak. Uji linearitas digunakan untuk mengkonfirmasikan apakah sifat linear antara dua variabel yang diidentifikasikan secara teori sesuai atau tidak dengan hasil observasi yang ada. Uji linearitas dapat menggunakan uji Durbin-Watson, Ramsey Test atau uji Lagrange Multiplier.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar